Kamis, 12 Juni 2014

Kakek itu...

Ini salah satu hal yang saya sesali. Ceritanya waktu itu saya belanja ke warung sambil gendong si Rana dianter sama suami naek motor. Maklum lha rumah kami jauh dari warung, pasar dan jalan raya. Saya tipe orang yang suka salting kalo ditungguin orang bahkan dengan suami sekalipun. Jadi selama di warung fokus aja sama barang yang akan dibeli. Nggak mikir hal yang lain.
Hingga tak lama setelah saya tib adi warung , datang lah seorang kakek yang renta. Menaiki tangga 'tuk sampai ke warung pun dengan tertatih-tatih. Kakek itu memegang seikat sayur bayam. Sambil bertanya berapa harga seikatnya.
Yang punya warung menjawab kalau harga semua sayur sedang mahal. Alhasil kakek tadi nggak jadi membeli. Saya kira beliau datang ke warung bukan cuma membeli seikat sayur. Jadi tidak begitu saya hiraukan. Saya anggap kakek itu seperti pembeli lainnya. Yang punya uang banyak untuk membeli kebutuhannya.



Saya pun pulang dibonceng suami. Belum sampai setengah jalan kami berpapasan dengan kakek tersebut. Disanalah saya baru sadar, kalau kakek tersebut pulang tidak membawa apa-apa. Ya Allah... kenapa tadi aq tidak membayarkan sayur yang beliau kehendaki. Seberapa lah harga sayur seikat itu. Astaghfirullah..... Kenapa saat di warung aq hanya fokus dengan belanjaan ku saja?! Motor kami pun terus berlanjut hingga ke rumah. Lalu saya pun berjanji , jika saya bertemu orang seperti itu lagi jangan sampai kehilangan moment tuk membantu.

2 komentar:

nurul mengatakan...

aaakk kak nope cerita ini nge jleb banget
ngebayangin kakek itu ga bawa apa apa karena harga mahal jadi merinding

Novalisabatam mengatakan...

iya dy plg gk bawa apa2. nyesel bgt kk dek

Posting Komentar

Yoyen dalam Kenangan

Yoyen dalam Kenangan

 
;