stetoskop jaman kuliah dulu |
Seperti biasa setiap malam (klo Ayah di rumah) sebelum tidur Asya maen-maen dengan Ayah nya dulu. Ntah itu maen kuda-kudaan, tebak-tebakan gambar, bernyanyi bersama, sampe maen petak umpet. Kali ini tambah lagi agenda bermain nya Asya. Sekarang hobinya maen dokter-dokteran. Lihat stetoskop Bunda nganggur langsung deh dia beraksi. nempelin ujung stetoskop ke badan AyahBunda.
Malam itu giliran diriku yang pertama diperiksanya. Karena diriku hari itu udah nggak sanggup 'tuk duduk lama-lama karena perut ku terus ngalami kontraksi. Jadinya mulai dari sore sampe malam yang kulakukan hanya berbaring sesekali duduk hanya untuk makan.
Sehabis meriksa Bunda nya, seperti biasa Asya langsung nyuruh Bunda minum obat. Haha ku jawab aja "makacih Bu...". Asya pun langsung menjawab dengan manisnya "Iya..".
Giliran Ayah yang diperiksa. Dari ujung kepala mpe ujung kaki nggak luput dari sentuhan stetoskopnya. Hadeuh.... Ayah pun disuruh Asya 'tuk minum obat. Dengan berulang-ulang. "Ayah gk ada obat' jawab mas Herman. Tapi, Asya sepertinya nggak mau terima alasan "pasien" nya kali ini. Asya pun merengek-rengek sambil minta Ayahnya 'tuk minum obat. "Sudah lah, masa' setiap periksa disuruh minum obat" pinta mas Her.
Aku pun tertawa geli dengan apa yang mas Her bilang. Karena mengingat fenomena sekarang. Klo kita berobat ke dokter yang ada di Indonesia, setiap pulang pasti membawa bekal obat. Minimal vitamin :).
Beda dengan dokter di luar negeri (seperti tautan di Fb yang pernah ku baca beberapa waktu yang lalu).
Yah..... klo pun suatu saat Asya bercita-cita jadi dokter, jadilah dokter yang cerdas dan kritis. Ngasih resep bukan karena ikutan senior. Jadilah dokter yang sholihah dan mensholihkan. Jangan menyesatkan pasien dengan "fatwa-fatwa" yang nggak rasional ya nak.... Amiiinn..
Aleesya Zaheera Dhienova, 23 bulan |