Kata “nggak tahu” punya tempat tersendiri di memory ku, dan itupun pada memory yang kurang menyenangkan. Pengalaman praktek di RS semasa mahasiswa merupakan kumpulan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi ku. Kecuali pengalaman praktek di RSJ Pekanbaru. Kenapa?
Kata itu (red: nggak tahu) muncul di saat adrenalin meningkat dan itu keluar dari perawat-perawat yang garang. Tapi, tidak semua “nggak tahu” buruk. Toh! Itu demi kebaikan kami (red: mahasiswa) agar lebih banyak belajar. Jujur saja klo tidak tahu. Daripada berakibat fatal dengan pasien itu lebih bahaya lagi…..
Infus macet
Kali ini ruangan tempat ku dinas mendapat pasien dengan diagnosa medis stroke/ penyumbatan pembuluh darah di kepala. Pasien ini ku jemput di Emergency. Seperti biasa ku matikan dulu jalannya infus, biar darah tidak naik pada selang infus sebelum kami meninggalkan emergency. Kemudian ku bawa si pasien ke ruangannya. Lalu ku buka kembali jalan infusnya. Dari sinilah bermula emosi ku dan teman-teman satu shift ku beserta istri si pasien mulai terpancing kemudian meledak (he… bom kalee).
Waktu itu yang berada dalam ruangan itu cuma aku, pasien beserta istrinya. Setelah ku buka jalan infusnya. Ternyata macet. Yah… seperti biasa ku lakukan sedikit tarikan-tarikan. Lama…
Naiklah darah memenuhi selang infus. Lalu ku ambil perlengkapan untuk spuling. Tetep…. Aja gk bisa. Lalu ku tanyakan pada istrinya. Apa di emergency seperti ini juga?
Lalu istrinya menjawab klo di emergency pada tusukan yang ketiga baru jalan infusnya. Karena mungkin aq terlalu lama di ruangan pasien, maka TJ shift ku menyuruh teman ku yang lain bantu. Lalu datanglah kak Rahmat .
“Kenapa Nop?” Tanya kak Rahmat
“Macet kak. Dari tadi Nopa perbaiki gk bisa. Padahal baru dari emergency” jawab ku
Kak Rahmat pun mencoba memperbaikinya. Lama…..
Tapi, akhirnya bisa juga.
“nggak tahu” bikin emosian
Belum 10 menit kami meninggalkan ruangan Bapak itu. Eh, udah ada keluhan klo infus nya macet lagi.
“Tengoklah Nop” suruh kak Rahmat
Ku perbaiki….
Nihil….
Sama aja…..
Aq gk bisa.
Jadi ku tanya pada istrinya. Apa Bapak terlalu banyak bergerak. Istrinya menjawab tidak.
Hampir hilang akal aq dibuatnya. Ku panggil kak Rahmat kembali.
Hal yang sama pun terjadi. Kak Rahmat tak bisa memperbaikinya.
“Ambilkan infuse set baru Nop” pinta kak Rahmat
Ha?! Infuse set baru? Padahal baru ja dipasang.
Singkat cerita infuse set sudah diganti. Tapi, hasilnya tetap sama. Gk lancar juga tu aliran infuse. Akhirnya kami putuskan untuk menusuk ulang vena dengan meminta izin pasien dan istrinya. Semula mereka tidak mau karena trauma di tusuk terus. Tapi akhirnya mau juga.
Beberapa saat kemudian….
“Sus.. infuse nya macet lagi” keluh istri pasien
Gubrak!!!!
Kenape…. Lah dengan vena Bapak itu?
Masa’ dalam sehari udah lebih 3x macet infuse nya.
“ Lihat lah sana Nop” Suruh kak Rahmat yang udah mulai jengkel dengan kejadian ini
Seperti biasa ku perbaiki lagi…….
“Itu kenapa bisa begitu Sus?” Tanya istrinya padaku
“ Gini Bu,, dari yang sudah kami coba menusukkan infuse ke vena Bapak. Kami lihat vena Bapak ini kecil. Padahal seharusnya vena laki-laki itu besar… tapi, bisa juga ada hubungan nya dengan penyakit Bapak. Sepertinya darah Bapak kental sekali” jelas ku sambil menahan jengkel.
“Gitu kan enak dijelaskan Sus….saya pun jadi ngerti…” Tiba-tiba si istri menjawab
Badannya yang besar dan tampang seperti orang galak, sempat membuat ku kaget dengan jawaban nya itu.
“Ini nggak,, sewaktu saya tanya sama perawat yang Batak itu (red: teman satu shift) jawabannya nggak tahu sambil bentak-bentak. Saya kira pelayanan di sini bagus ternyata …emosi jadinya saya Sus. Klo saya tahu penyebabnya udah jadi dokter kali saya. Ini karena saya nggak tahu makanya saya tanya dan berobat” protes si Istri
“Iya maaf bu…” jawab ku
Si Ibu mulai open
Semula si Ibu bilang klo kami (red: perawat) kerja nggak becus dengan bahasa Minang ke suaminya.
Hhhh… emangnya aq nggak ngerti apa? Menahan emosi selama berada dalam ruangan itu. Tapi, setelah ku jelaskan sebab musabab infus suaminya macet. Si Ibu sudah mulai open. Jika si Ibu mau pulang dulu, si Ibu cuma pamit pada ku dan berpesan klo dia menitipkan suaminya. Klo ku masuk ke ruangan itu, si Ibu bertanya “ Sus masuk sore ya?”.
“Nop injeksikan dulu lah Bapak itu” Suruh kak Rahmat yang lagi sibuk nemanin dokter visite.
“Pak, saya masukkan obat dulu ya…” Ijin ku
Selesai ku injeksikan obat nya. Tiba-tiba si Ibu manggil
“Sus..sus…bentar. Ni untuk Sus” Panggil Si Ibu sambil menyerahkan bungkusan berwarna hitam
“Apa ni Bu?” Tanya ku
“Bukan apa-apa… cuma dari kampung” jelas nya
Kemudian ku buka bungkusan itu, ternyata isinya buah apel