“Kayaknya Yoyen sakit deh!” kata si emak
”Habisnya dia tak mau makan, diem.... aja terus” tambah nya lagi
Kenapa pula’ dengan si Yoyen? Perasaan klo qt semua makan dia selalu nimbrung di situ. Minta makan juga.
Aku coba memberikan makanan kesukaan nya. Dari ikan, ayam, sampe susu kental manis. Ikan goreng ku kasih Yoyen tak makan, ayam goreng pun sama. Disentuh pun tidak. Tapi lain hal dengan susu kental manis, Yoyen suka betul. Dia terus menjilati piring tempat aku menuangkan susu tadi.
”Kenapa pula’ dengan ayang Oyen niy.....” keluh ku
Tibalah saat aku makan siang, Yoyen seperti biasa mendekati ku. Menunggu untuk dikasih oleh ku barang sesuir ikan ataupun daging ayam. Aku pun tak tega membiarkannya begitu saja. Mukanya yang polos dan ganteng itu membuat ku tak kuasa menolak setiap permintaan nya. Tapi, apa yang terjadi. Dia tetap saja tak mau makan. Makin bingung aku dibuatnya. Ku coba mengunyah ikan tersebut lalu ku beri ikan yang ku kunyah itu ke dia. Eh............ ternyata eh ternyata dia mau. Usut punya usut ternyata karena Yoyen itu sudah tidak muda lagi maka sistem pencernaan nya sudah tidak bagus lagi. Dia sering tersedak. Sudah nggak bisa lagi makan yang kasar-kasar. Jadi klo makan perlu dilumerkan. Kasian betul lah... si ayang Oyen niy........
Tak terasa sudah mau udzur juga dirimu nak! Ya sudahlah... umur mu mungkin memang sangat pendek sama seperti umur mami, om, dan tante mu dulu. Umur mereka juga pendek.
Barokallahu laka wabarokah alaika wa jama’a bainakuma fii khoirin.
Tepat tanggal 26 Februari 2010 kemarin temen kita Surya Maryana (Nana/Uyaq) telah melepas status singlenya dengan seorang lelaki yang berdomisili di Jakarta bernama Ahmad Syuhaibi. Usia yang terpaut cukup jauh sekitar 7 tahun, tidak membuat Surya berfikir lama untuk menerima pinangan dari Ahmad.
Aku sebagai teman lama mu, Cuma bisa hadir dan mengirimkan do’a untuk kalian berdua. Semoga di kehidupan baru nanti, Surya bisa tambah dewasa. Jangan kekanak-kanakan lagi ya Sur. …..
Buat temen-temen alumni SMA N 1 (SMANSA) Batam angkatan 2006, terutama Riza, Yanti, Hazar, Linda, Agus, Ari, Citro, Preti, Atika dsb yang sekarang masih menuntut ilmu di negeri orang cepet lah pulang ke Batam. Bangun lah Kota Batam kita tercinta ini...... dan klo married jangan di sana, tapi di Batam aja biar aku bisa menghadirinya okey guys!
Tepat tanggal 26 Februari 2010 kemarin temen kita Surya Maryana (Nana/Uyaq) telah melepas status singlenya dengan seorang lelaki yang berdomisili di Jakarta bernama Ahmad Syuhaibi. Usia yang terpaut cukup jauh sekitar 7 tahun, tidak membuat Surya berfikir lama untuk menerima pinangan dari Ahmad.
Aku sebagai teman lama mu, Cuma bisa hadir dan mengirimkan do’a untuk kalian berdua. Semoga di kehidupan baru nanti, Surya bisa tambah dewasa. Jangan kekanak-kanakan lagi ya Sur. …..
Buat temen-temen alumni SMA N 1 (SMANSA) Batam angkatan 2006, terutama Riza, Yanti, Hazar, Linda, Agus, Ari, Citro, Preti, Atika dsb yang sekarang masih menuntut ilmu di negeri orang cepet lah pulang ke Batam. Bangun lah Kota Batam kita tercinta ini...... dan klo married jangan di sana, tapi di Batam aja biar aku bisa menghadirinya okey guys!
Hai teman, ku punya buku yang judulnya “Snack for the Soul” karangan A. Puryan “Blitzer”. Aku membeli buku ini tahun 2008 silam. Dan buku ini salah satu bacaan favoritku hingga kini. Kenapa? Karena banyak hikmah dalam tulisan ini, ditambah lagi kalimatnya ringan. Nggak seperti buku nya Anis Matta yang pabila aku membaca tulisan beliau hampir setiap detik keningku selalu berkerut. (he.. maaf ya pak….)
Kali ini aku mau menuliskan kembali isi dari salah satu judul kecil di dalam buku “Snack for the Soul”. Judulnya “Juara Sejati”. Semoga bermanfaat.
“Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini.” (Stuart B. Johnson)
Suatu hari, seorang anak mengikuti lomba mobil balap mainan. Suasana sangat meriah siang itu karena ini adalah babak final. Hanya tersisa empat orang, dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya buatan sendiri, sesuai dengan peraturannya.
Diantara para peserta, ada seorang anak bernama Yoyen (bukan nama sebenarnya). Mobilnya tidak istimewa, tapi dia termasuk dalam empat orang tersebut. Dibanding dengan semua lawannya, mobil Yoyen lah yang paling tidak sempurna. Bahkan, beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu dengan mobil lainnya.
Memang mobil itu tidak begitu menarik. Dengan kayu sederhana dan lampu kelip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil lainnya. Namun, Yoyen tetap bangga dengan mobilnya. Karena itu buatan tangannya sendiri dibantu sama k’nophe juga siy… (he… nggak ding becanda!)
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak bersiap di garis start untuk mendorong mobilnya sekencang-kencangnya. Di setiap jalur lintasan telah bersiap empat mobil dengan empat pembalapnya.
Namun, sesaat kemudian, Yoyen meminta waktu sebentar kepada panitia lomba. Yoyen tampak komat-kamit seperti sedang membacakan sebuah doa (bukan dukun ya). Matanya terpejam. Semenit kemudian dia berkata,
”Ya! Aku siap!”
”Dor!!!” Tanda lomba telah dimulai
Dengan satu hentakan kuat mereka mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil melaju dengan kencangnya. Setiap orang bersorak-sorai. Bendera finish pun terlambai, berarti telah ada seorang pemenang. Ternyata Yoyenlah pemenang itu. Semua senang, begitu juga dengan Yoyen. Dia berbisik dalam hati,
“Terima kasih, Ya Alloh,”
Saat pemberian piala tiba, Yoyen maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya,
“Hai jagoan, ternyata Tuhan mengabulkan doamu untuk memenangkan pertandingan ini.”
Yoyen menjawab
”Tidak Pak, saya tidak berdoa untuk menang.”
“Rasanya tidak adil kalau kita meminta kepada Alloh untuk mengalahkan orang lain.” Lanjutnya
” Aku hanya memohon kepada Alloh, agar aku tidak menangis,jika aku kalah.”
”Keberhasilan kita dalam perlombaan adalah dengan mengalahkan rasa takut, keengganan, dan semua beban yang menghambat kita di garis start.”
Kali ini aku mau menuliskan kembali isi dari salah satu judul kecil di dalam buku “Snack for the Soul”. Judulnya “Juara Sejati”. Semoga bermanfaat.
“Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain, tetapi untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini.” (Stuart B. Johnson)
Suatu hari, seorang anak mengikuti lomba mobil balap mainan. Suasana sangat meriah siang itu karena ini adalah babak final. Hanya tersisa empat orang, dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang mereka miliki. Semuanya buatan sendiri, sesuai dengan peraturannya.
Diantara para peserta, ada seorang anak bernama Yoyen (bukan nama sebenarnya). Mobilnya tidak istimewa, tapi dia termasuk dalam empat orang tersebut. Dibanding dengan semua lawannya, mobil Yoyen lah yang paling tidak sempurna. Bahkan, beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu dengan mobil lainnya.
Memang mobil itu tidak begitu menarik. Dengan kayu sederhana dan lampu kelip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil lainnya. Namun, Yoyen tetap bangga dengan mobilnya. Karena itu buatan tangannya sendiri dibantu sama k’nophe juga siy… (he… nggak ding becanda!)
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak bersiap di garis start untuk mendorong mobilnya sekencang-kencangnya. Di setiap jalur lintasan telah bersiap empat mobil dengan empat pembalapnya.
Namun, sesaat kemudian, Yoyen meminta waktu sebentar kepada panitia lomba. Yoyen tampak komat-kamit seperti sedang membacakan sebuah doa (bukan dukun ya). Matanya terpejam. Semenit kemudian dia berkata,
”Ya! Aku siap!”
”Dor!!!” Tanda lomba telah dimulai
Dengan satu hentakan kuat mereka mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil melaju dengan kencangnya. Setiap orang bersorak-sorai. Bendera finish pun terlambai, berarti telah ada seorang pemenang. Ternyata Yoyenlah pemenang itu. Semua senang, begitu juga dengan Yoyen. Dia berbisik dalam hati,
“Terima kasih, Ya Alloh,”
Saat pemberian piala tiba, Yoyen maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya,
“Hai jagoan, ternyata Tuhan mengabulkan doamu untuk memenangkan pertandingan ini.”
Yoyen menjawab
”Tidak Pak, saya tidak berdoa untuk menang.”
“Rasanya tidak adil kalau kita meminta kepada Alloh untuk mengalahkan orang lain.” Lanjutnya
” Aku hanya memohon kepada Alloh, agar aku tidak menangis,jika aku kalah.”
”Keberhasilan kita dalam perlombaan adalah dengan mengalahkan rasa takut, keengganan, dan semua beban yang menghambat kita di garis start.”
”Kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin (rumah tangga suaminya), maka akan dimintai pertanggungjawabannya. Pelayan adalah pemimpin (atas harta tuannya), maka akan dimintai pertanggungjawaban atas pengelolaannya. Oleh karena kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Kenapa begitu sulitnya mencari seorang pemimpin? Pertanyaan ini yang dari dulu selalu menghantui ku. Amanah yang sekarang ku emban membuat ku lumayan pusing. Karena aku ingin begitu meninggalkan wajihah yang sudah cukup lama mengisi dan menghiasi kehidupan ku selama lebih kurang 3 tahun ini, bisa tersenyum lepas. Dengan banyak nya kader yang berkualitas yang sudah dihasilkan selama lebih kurang 3 tahun ini. Itu impian ku saat ini. Tapi, apakah bisa?!?
Bakat kepemimpinan itu sebenarnya bukan diturunkan secara biologis dalam bentuk gen. Melainkan muncul karena terus diasah dan ditumbuh kembangkan. Memang, ada pemimpin yang fasih berbicara. Namun sebelumnya, kalau ia tidak memiliki ilmu, ia tidak sering berlatih, maka bisa jadi kata-katanya terpeleset pada kesalahan serta tidak sistematis alias berantakan.
Seseorang dikatakan memiliki jiwa kepemimpinan, bila kita dapat melihat kematangan pribadi dan karyanya. Ia memiliki visi yang sangat jauh ke depan. Ia mampu menggali dan mensinergikan potensi. Ia juga mampu memotivasi, baik lewat keteladanan, maupun kata-katanya yang arif, ini semua didapatkan melalui latihan-latihan yang memakan waktu yang cukup lama.
Mereka yang pernah merasakan kegagalan di masa silam, sesungguhnya merupakan aset yang paling berharga. Dengan bercermin pada kegagalan masa lalu, mereka akan lebih berhati-hati dalam melangkah. Intinya, seorang pemimpin itu pada dasarnya adalah orang yang selalu belajar dan terus mengembangkan kemampuannya.
Untuk tampil menjadi pemimpin langkah awal yang perlu dilakukan adalah:
1.Membaca potensi dirinya. Setelah potensi diri terbaca, baru meluaskan pengaruh dengan melihat potensi di luar dirinya.
2.Menanamkan program “bening hati” pada diri sendiri. Kebahagiaan hidup dan kesuksesan hidup itu sebenarnya didirikan di atas pondasi kemuliaan akhlak
3.Memelihara sistem kondusif saat mengembangkan kedua langkah tadi.
4.Membangun kekuatan diri dengan membangun kekuatan ruhiyah. (Abdullah Gymnastiar)
(HR. Bukhari-Muslim)
Kenapa begitu sulitnya mencari seorang pemimpin? Pertanyaan ini yang dari dulu selalu menghantui ku. Amanah yang sekarang ku emban membuat ku lumayan pusing. Karena aku ingin begitu meninggalkan wajihah yang sudah cukup lama mengisi dan menghiasi kehidupan ku selama lebih kurang 3 tahun ini, bisa tersenyum lepas. Dengan banyak nya kader yang berkualitas yang sudah dihasilkan selama lebih kurang 3 tahun ini. Itu impian ku saat ini. Tapi, apakah bisa?!?
Bakat kepemimpinan itu sebenarnya bukan diturunkan secara biologis dalam bentuk gen. Melainkan muncul karena terus diasah dan ditumbuh kembangkan. Memang, ada pemimpin yang fasih berbicara. Namun sebelumnya, kalau ia tidak memiliki ilmu, ia tidak sering berlatih, maka bisa jadi kata-katanya terpeleset pada kesalahan serta tidak sistematis alias berantakan.
Seseorang dikatakan memiliki jiwa kepemimpinan, bila kita dapat melihat kematangan pribadi dan karyanya. Ia memiliki visi yang sangat jauh ke depan. Ia mampu menggali dan mensinergikan potensi. Ia juga mampu memotivasi, baik lewat keteladanan, maupun kata-katanya yang arif, ini semua didapatkan melalui latihan-latihan yang memakan waktu yang cukup lama.
Mereka yang pernah merasakan kegagalan di masa silam, sesungguhnya merupakan aset yang paling berharga. Dengan bercermin pada kegagalan masa lalu, mereka akan lebih berhati-hati dalam melangkah. Intinya, seorang pemimpin itu pada dasarnya adalah orang yang selalu belajar dan terus mengembangkan kemampuannya.
Untuk tampil menjadi pemimpin langkah awal yang perlu dilakukan adalah:
1.Membaca potensi dirinya. Setelah potensi diri terbaca, baru meluaskan pengaruh dengan melihat potensi di luar dirinya.
2.Menanamkan program “bening hati” pada diri sendiri. Kebahagiaan hidup dan kesuksesan hidup itu sebenarnya didirikan di atas pondasi kemuliaan akhlak
3.Memelihara sistem kondusif saat mengembangkan kedua langkah tadi.
4.Membangun kekuatan diri dengan membangun kekuatan ruhiyah. (Abdullah Gymnastiar)
Ini video Muhammad Alfatih. Sesuatu yang menakjubkan bisa melihat, merasakan, merekam detik demi detik moment pertumbuhan dan perkembangan nya Fatih.
Bentar lagi malah Fatih sudah mau punya adek lagi. Cepat rasanya waktu berlalu. Tanpa sadar Fatih sudah hampir setahun umurnya.
Mungkin video ini bisa memperlihatkan kepada 'ammah dan oom nya yang dulu sering ke rumah. Kayak 'ammah Ais, 'ammah Fira, 'ammah Ira, om Opik, om Sugi, om Amin, dan om Ijal. . he...he... (cuma mau bikin iri)
Tulisan ini ku persembahkan untuk adik-adik yang sedang menjalani ujian di kampusnya masing-masing.
Diriku bukannya tidak pernah merasakan bangku sekolah dan perkuliahan. Apalagi merasakan tegangnya ujian. Oleh karena itu, cerita ku kali ini hanya bertujuan berbagi pengalaman.
Nikmatilah! proses
“Aduh! Aku malu kak dengan orang itu. Dia tadi yang ngawas ujian. Karena tadi ujian aku nyontek” kata adikku
”Ha?! Nyontek?” aku pun kaget
”Iya kak, karena soalnya pada hafalan. Banyak banget yang mau dihafal. Hafal pasal-pasal kak” bela adik ku
Percakapan di atas membuatku berfikir sebaiknya mereka yang sedang dalam ujian ini harus tahu ilmu tentang menikmati proses.
Proses adalah sesuatu yang harus kita nikmati dalam hidup ini. Why? Ternyata wahai adik ku, yang bernilai dalam hidup ini adalah proses bukan hasil akhir.
Dalam berproses kita hanya berkewajiban untuk menjaga 2 perkara yaitu selalu menjaga niat dan menyempurnakan ikhtiar, selebihnya terserah Alloh.
Seperti para mujahidin yg berjuang membela bangsa dan agama. Kemenangan bukanlah hal yg penting bagi mereka, karena menang-kalah itu hanya bersifat giliran yang akan datang kepada siapa saja atau sering disebut orang tergantung lucky/ hokinya. Namun, dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana selama berjuang niat mereka benar karena Alloh dan selama mereka berjuang akhlak mereka terjaga. Jika sudah melakukan itu maka pabila menang mereka mendapat pahala dan kalaupun terbunuh berarti insya Alloh menjadi syuhada.
Ketika berdagang pun, mendapatkan untung penjualan bukanlah yang terpenting. Karena uang sendiri sudah ada jalurnya, semua pasti mendapatkannya. Perkara uang sebenarnya tidak usah terlalu difikirkan. Alloh Maha Tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Yang terpenting di sini adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada 1 mg pun hak orang lain yang terambil oleh kita. Kemudian, bagaimana ketika sedang berjualan kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar kita menjaga kejujuran, tepat waktu dan janji-janji terpenuhi. Dalam mencari rezeki ada 2 perkara yang perlu selalu kita jaga yakni ketika sedang mencari, harus sangat jaga nilai-nilainya dan ketika berhasil memperolehnya distribusikanlah sekuat-kuatnya.
Termasuk ketika kita bersekolah dan kuliah. Kalau motivasi kuliah hanya untuk menikmati hasil ataupun hanya ingin mendapat gelar, bagaimana kalau sebelum wisuda kita sudah meninggal???? Oleh karena itu, yang terpenting dalam perkuliahan; tanya dulu pada diri, apa tujuan kita kuliah,kalau hanya untuk mencari isi perut sama dengan apa yang dikatakan oleh Imam Ali,
” Orang yang fikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya”
Jika hanya ingin mencari uang maka derajatnya tidaklah beda dengan pencuri atau koruptor yang fikirannya hanya uang semata.
Seharusnya, kuliah itu untuk menambah keluasan ilmu agar lebih bermanfaat banyak.
Dik, jika selama kuliah, sekolah, kursus kita menjaga kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau menyontek trus kita meninggal sebelum wisuda ataupun lulus. It’s not a big problem. Karena apa yang kita lakukan selama ini sudah menjadi amal kebaikan.
Begitupun pada saat melamar seseorang. Semua sudah ditetapkan, mulai dari tanggal pernikahan, tempat, EO, dsb. Tapi menjelang hari H si wanita mengundurkan diri atau akan menikah dengan orang lain, apa coba yang akan kita lakukan?
Rasa sakit hati adalah wajar dan sangat manusiawi. Namun, yang perlu diingat adalah jikalau niat sudah baik, dan caranya benar. Kalaupun tidak jadi menikah dengan dia, siapa tahu Alloh menyiapkan kandidat lain yang lebih baik.
Oleh sebab itu, jangan terpukau dengan hasil. Hasil yang bagus menurut kita belum tentu menurut Alloh juga bagus.
Berjuanglah untuk menjadi orang yang gemar menikmati proses agar hari-hari yang dilalui menjadi ladang perjuangan untuk menjadi ahli sabar, mampu mengendalikan hawa nafsu.
Pengalamanku
Semenjak kuliah di akademik, cara belajar ku pun berubah. Karena harus menyesuaikan dengan sistem kampus, dimana 60 % praktek dan 40 % nya teori. Padahal sewaktu masih duduk di bangku sekolah aku paling benci dengan praktek. Nilai praktekku tidak lebih tinggi dari nilai teoritis.
Makanya setiap materi di ruangan, aku berusaha memahami materi yang disampaikan oleh dosen. Kalau perlu sampai ke akar-akarnya aku harus tahu. Karena untuk membaca ulang dan menghafal aku harus membawa kamus kesehatan, dan aku tidak punya kamus itu. Satu-satunya jalan adalah dengan membuka kamus di perpustakaan, karena kamusnya tidak boleh dibawa pulang. Ribet kan?
Tapi, tidak semua materi bisa membuat ku berusaha untuk memahami lebih dalam. Karena ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi mood ku. Bisa karena dosennya bisa juga karena –menurutku- ilmunya tidak terlalu ”nembak” dengan kebutuhan keperawatan sekarang dsb.
Karena perbedaan waktu perkuliahan dengan temen-temen KAMMI di poltek membuat aku harus pintar-pintar membagi waktu yang sempit untuk berkumpul di setiap aktivitas KAMMI. Dan alhamdulillah tidak banyak moment yang aku tinggalkan, semua dipermudah oleh Alloh. Sehingga, waktu belajar ku berkurang. Apalagi untuk menghafal materi perkuliahan tidak bisa.
Trus, bagaimana saat kuis, UTS, maupun UAS?
Untuk kuis aku mengulang di kelas 1 jam atau beberapa menit sebelum kuia berlangsung. Sedangkan UTS dan UAS, aku jarang sekali belajar untuk menghadapi ujian itu. Yang paling sering aku lakukan adalah membaca catatan atau buku cetak serta menghafal di atas ojek. Selebihnya aku hanya mengandalkan kefahaman ku selama proses perkuliahan.
Dan saat Ujian aku mengandalkan ikhtiar ”bersih” ku dan do’a. No nyontek! No ngopek!
Ujian tidak menyontek sudah dari SD ku lakukan. Dulu tekadnya sederhana, hanya ingin tahu seberapa jauh kepintaran ku selama mengikuti materi di sekolah. Tapi, sewaktu SMA sempet timbul penyesalan karena tidak menyontek. Takut tidak lulus, aku merasa seperti pecundang terlalu naif. Karena sebagian besar teman di SMA ku tidak murni bersih menjalani ujiannya dan itu sudah menjadi rahasia umum di SMA ku. Fikiran negatif membayangi ku setiap hari menjelang pengumuman kelulusan. Menangis sudah menjadi rutinitas harian. Hingga pada akhirnya aku mencurahkan isi hati yang sudah meluap-luap ini di hadapan MR. Barulah setelah mendapat nasehat dari beliau serasa sejuk hati ini dan mencoba belajar untuk pasrah dengan ketetapan terbaik yang akan Alloh berikan.
Alhamdulillah aku lulus 100 % murni hasil kerja keras. Aku bangga!
Sebenarnya banyak pengalaman-pengalaman luar biasa yang aku alami hanya karena aku percaya dengan kemampuan diri sendiri tanpa harus nyontek dengan orang lain. Selama kuliah, beberapa ujian yang aku jalani selalu mendapat nilai bagus kadang mendapat nilai tertinggi diantara teman-teman yang lain. Padahal, hari-hari sebelumnya aku tidak pernah menghafal materi ujian karena harus mengikuti kegiatan KAMMI ataupun kegiatan pengobatan gratis yang dulu paling sering aku ikuti.
Jangan dicontoh
Meskipun sering mendapat nilai tinggi walau tidak belajar. Bukanlah sesuatu yang terlalu membanggakan bagiku. Tetap cara belajar mengulang-ngulang materi adalah salah satu cara belajar yang efektif. Dimanapun berada jadikan tempat itu tempat belajar mu.
Pesan
Satu lagi, awal dari terciptanya sang koruptor adalah dari menyontek. Waspadalah! Waspadalah! Dengan kebiasaan buruk yang terlihat kecil dan enteng itu. Karena sesuatu yang besar itu terbentuk dari unit/ sel-sel kecil yang jika bergabung akan terbentuk sistem yang kompleks.
So,
No nyontek!
No ngopek!
Tetap PeDe dengan kemampuan yang kita miliki. Kalau bukan kita yang menghargai kemampuan diri sendiri siapa lagi ?!?
Diriku bukannya tidak pernah merasakan bangku sekolah dan perkuliahan. Apalagi merasakan tegangnya ujian. Oleh karena itu, cerita ku kali ini hanya bertujuan berbagi pengalaman.
Nikmatilah! proses
“Aduh! Aku malu kak dengan orang itu. Dia tadi yang ngawas ujian. Karena tadi ujian aku nyontek” kata adikku
”Ha?! Nyontek?” aku pun kaget
”Iya kak, karena soalnya pada hafalan. Banyak banget yang mau dihafal. Hafal pasal-pasal kak” bela adik ku
Percakapan di atas membuatku berfikir sebaiknya mereka yang sedang dalam ujian ini harus tahu ilmu tentang menikmati proses.
Proses adalah sesuatu yang harus kita nikmati dalam hidup ini. Why? Ternyata wahai adik ku, yang bernilai dalam hidup ini adalah proses bukan hasil akhir.
Dalam berproses kita hanya berkewajiban untuk menjaga 2 perkara yaitu selalu menjaga niat dan menyempurnakan ikhtiar, selebihnya terserah Alloh.
Seperti para mujahidin yg berjuang membela bangsa dan agama. Kemenangan bukanlah hal yg penting bagi mereka, karena menang-kalah itu hanya bersifat giliran yang akan datang kepada siapa saja atau sering disebut orang tergantung lucky/ hokinya. Namun, dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana selama berjuang niat mereka benar karena Alloh dan selama mereka berjuang akhlak mereka terjaga. Jika sudah melakukan itu maka pabila menang mereka mendapat pahala dan kalaupun terbunuh berarti insya Alloh menjadi syuhada.
Ketika berdagang pun, mendapatkan untung penjualan bukanlah yang terpenting. Karena uang sendiri sudah ada jalurnya, semua pasti mendapatkannya. Perkara uang sebenarnya tidak usah terlalu difikirkan. Alloh Maha Tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Yang terpenting di sini adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada 1 mg pun hak orang lain yang terambil oleh kita. Kemudian, bagaimana ketika sedang berjualan kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar kita menjaga kejujuran, tepat waktu dan janji-janji terpenuhi. Dalam mencari rezeki ada 2 perkara yang perlu selalu kita jaga yakni ketika sedang mencari, harus sangat jaga nilai-nilainya dan ketika berhasil memperolehnya distribusikanlah sekuat-kuatnya.
Termasuk ketika kita bersekolah dan kuliah. Kalau motivasi kuliah hanya untuk menikmati hasil ataupun hanya ingin mendapat gelar, bagaimana kalau sebelum wisuda kita sudah meninggal???? Oleh karena itu, yang terpenting dalam perkuliahan; tanya dulu pada diri, apa tujuan kita kuliah,kalau hanya untuk mencari isi perut sama dengan apa yang dikatakan oleh Imam Ali,
” Orang yang fikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya”
Jika hanya ingin mencari uang maka derajatnya tidaklah beda dengan pencuri atau koruptor yang fikirannya hanya uang semata.
Seharusnya, kuliah itu untuk menambah keluasan ilmu agar lebih bermanfaat banyak.
Dik, jika selama kuliah, sekolah, kursus kita menjaga kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau menyontek trus kita meninggal sebelum wisuda ataupun lulus. It’s not a big problem. Karena apa yang kita lakukan selama ini sudah menjadi amal kebaikan.
Begitupun pada saat melamar seseorang. Semua sudah ditetapkan, mulai dari tanggal pernikahan, tempat, EO, dsb. Tapi menjelang hari H si wanita mengundurkan diri atau akan menikah dengan orang lain, apa coba yang akan kita lakukan?
Rasa sakit hati adalah wajar dan sangat manusiawi. Namun, yang perlu diingat adalah jikalau niat sudah baik, dan caranya benar. Kalaupun tidak jadi menikah dengan dia, siapa tahu Alloh menyiapkan kandidat lain yang lebih baik.
Oleh sebab itu, jangan terpukau dengan hasil. Hasil yang bagus menurut kita belum tentu menurut Alloh juga bagus.
Berjuanglah untuk menjadi orang yang gemar menikmati proses agar hari-hari yang dilalui menjadi ladang perjuangan untuk menjadi ahli sabar, mampu mengendalikan hawa nafsu.
Pengalamanku
Semenjak kuliah di akademik, cara belajar ku pun berubah. Karena harus menyesuaikan dengan sistem kampus, dimana 60 % praktek dan 40 % nya teori. Padahal sewaktu masih duduk di bangku sekolah aku paling benci dengan praktek. Nilai praktekku tidak lebih tinggi dari nilai teoritis.
Makanya setiap materi di ruangan, aku berusaha memahami materi yang disampaikan oleh dosen. Kalau perlu sampai ke akar-akarnya aku harus tahu. Karena untuk membaca ulang dan menghafal aku harus membawa kamus kesehatan, dan aku tidak punya kamus itu. Satu-satunya jalan adalah dengan membuka kamus di perpustakaan, karena kamusnya tidak boleh dibawa pulang. Ribet kan?
Tapi, tidak semua materi bisa membuat ku berusaha untuk memahami lebih dalam. Karena ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi mood ku. Bisa karena dosennya bisa juga karena –menurutku- ilmunya tidak terlalu ”nembak” dengan kebutuhan keperawatan sekarang dsb.
Karena perbedaan waktu perkuliahan dengan temen-temen KAMMI di poltek membuat aku harus pintar-pintar membagi waktu yang sempit untuk berkumpul di setiap aktivitas KAMMI. Dan alhamdulillah tidak banyak moment yang aku tinggalkan, semua dipermudah oleh Alloh. Sehingga, waktu belajar ku berkurang. Apalagi untuk menghafal materi perkuliahan tidak bisa.
Trus, bagaimana saat kuis, UTS, maupun UAS?
Untuk kuis aku mengulang di kelas 1 jam atau beberapa menit sebelum kuia berlangsung. Sedangkan UTS dan UAS, aku jarang sekali belajar untuk menghadapi ujian itu. Yang paling sering aku lakukan adalah membaca catatan atau buku cetak serta menghafal di atas ojek. Selebihnya aku hanya mengandalkan kefahaman ku selama proses perkuliahan.
Dan saat Ujian aku mengandalkan ikhtiar ”bersih” ku dan do’a. No nyontek! No ngopek!
Ujian tidak menyontek sudah dari SD ku lakukan. Dulu tekadnya sederhana, hanya ingin tahu seberapa jauh kepintaran ku selama mengikuti materi di sekolah. Tapi, sewaktu SMA sempet timbul penyesalan karena tidak menyontek. Takut tidak lulus, aku merasa seperti pecundang terlalu naif. Karena sebagian besar teman di SMA ku tidak murni bersih menjalani ujiannya dan itu sudah menjadi rahasia umum di SMA ku. Fikiran negatif membayangi ku setiap hari menjelang pengumuman kelulusan. Menangis sudah menjadi rutinitas harian. Hingga pada akhirnya aku mencurahkan isi hati yang sudah meluap-luap ini di hadapan MR. Barulah setelah mendapat nasehat dari beliau serasa sejuk hati ini dan mencoba belajar untuk pasrah dengan ketetapan terbaik yang akan Alloh berikan.
Alhamdulillah aku lulus 100 % murni hasil kerja keras. Aku bangga!
Sebenarnya banyak pengalaman-pengalaman luar biasa yang aku alami hanya karena aku percaya dengan kemampuan diri sendiri tanpa harus nyontek dengan orang lain. Selama kuliah, beberapa ujian yang aku jalani selalu mendapat nilai bagus kadang mendapat nilai tertinggi diantara teman-teman yang lain. Padahal, hari-hari sebelumnya aku tidak pernah menghafal materi ujian karena harus mengikuti kegiatan KAMMI ataupun kegiatan pengobatan gratis yang dulu paling sering aku ikuti.
Jangan dicontoh
Meskipun sering mendapat nilai tinggi walau tidak belajar. Bukanlah sesuatu yang terlalu membanggakan bagiku. Tetap cara belajar mengulang-ngulang materi adalah salah satu cara belajar yang efektif. Dimanapun berada jadikan tempat itu tempat belajar mu.
Pesan
Satu lagi, awal dari terciptanya sang koruptor adalah dari menyontek. Waspadalah! Waspadalah! Dengan kebiasaan buruk yang terlihat kecil dan enteng itu. Karena sesuatu yang besar itu terbentuk dari unit/ sel-sel kecil yang jika bergabung akan terbentuk sistem yang kompleks.
So,
No nyontek!
No ngopek!
Tetap PeDe dengan kemampuan yang kita miliki. Kalau bukan kita yang menghargai kemampuan diri sendiri siapa lagi ?!?
Uya emang Kuya
Belakangan aku jadi keranjingan menonton acara sulap nya si Uya Tofu. Sesi yang ku suka adalah saat menghipnotis orang-orang yang lagi bermasalah. Dan pada saat inilah orang-orang tidak mau dihipnotis, takut kalau rahasia kelam di masa lalu kan terbongkar. Yah... bukan uya kuya namanya kalau nggak bisa menggaet orang untuk dihipnotis. Dengan senjata andalannya tissue dan api. Maka si Uya pun bisa membuat orang tertidur. Nah! Sesi ini yang ku nanti, tanya jawab antara si penghipnotis dan yang terhipnotis. Dari awal si Uya sudah memberikan sugesti bahwa bohong itu dosa. Maka dari tanya jawab tersebut sedikit banyak membuka aib si korban hipnotis. Dari cerita yang biasa hingga ke bagian yang vulgar. Dan hal seperti yang membuat penonton bisa terpingkal karenanya. Padahal mungkin aib yang diceritakan si korban pernah juga dialami oleh si penonton.
Angan-anganku.
Di saat siang yang panas terasa hingga mencapai 40 derajat celcius, tiba-tiba aku pun terfikir tentang kemaslahatan dari hipnotis. Kenapa nggak kemampuan hipnotis itu digunakan untuk menghipnotis orang-orang yang dicurigai dalam skandal Bank Century? Mungkin nggak perlu lama dan bertele-tele dalam menyelidiki skandal ini. Karena si penghipnotis akan memberikan sugesti awal bahwa bohong itu dosa. Setiap hari TV selalu menyajikan berita skandal Century yang membuat ku puyeng dengan macam-macam istilah perbankan dan tidak lupa pula istilah politik plus hukum. Dan mungkin perlu juga didirikan sebuah lembaga atau komisi yang mungkin kalau boleh aku beri nama Komisi Penghipnotis Koruptor (KPK). Jadi salah satu tugasnya itu menghipnotis para koruptor sehingga kasus korupsi bisa terbongkar mulai dari akar hingga kecabang-cabangnya atau mungkin buah yang sudah dihasilkan. Agar negara ini bersih dari KORUPSI.
Belakangan aku jadi keranjingan menonton acara sulap nya si Uya Tofu. Sesi yang ku suka adalah saat menghipnotis orang-orang yang lagi bermasalah. Dan pada saat inilah orang-orang tidak mau dihipnotis, takut kalau rahasia kelam di masa lalu kan terbongkar. Yah... bukan uya kuya namanya kalau nggak bisa menggaet orang untuk dihipnotis. Dengan senjata andalannya tissue dan api. Maka si Uya pun bisa membuat orang tertidur. Nah! Sesi ini yang ku nanti, tanya jawab antara si penghipnotis dan yang terhipnotis. Dari awal si Uya sudah memberikan sugesti bahwa bohong itu dosa. Maka dari tanya jawab tersebut sedikit banyak membuka aib si korban hipnotis. Dari cerita yang biasa hingga ke bagian yang vulgar. Dan hal seperti yang membuat penonton bisa terpingkal karenanya. Padahal mungkin aib yang diceritakan si korban pernah juga dialami oleh si penonton.
Angan-anganku.
Di saat siang yang panas terasa hingga mencapai 40 derajat celcius, tiba-tiba aku pun terfikir tentang kemaslahatan dari hipnotis. Kenapa nggak kemampuan hipnotis itu digunakan untuk menghipnotis orang-orang yang dicurigai dalam skandal Bank Century? Mungkin nggak perlu lama dan bertele-tele dalam menyelidiki skandal ini. Karena si penghipnotis akan memberikan sugesti awal bahwa bohong itu dosa. Setiap hari TV selalu menyajikan berita skandal Century yang membuat ku puyeng dengan macam-macam istilah perbankan dan tidak lupa pula istilah politik plus hukum. Dan mungkin perlu juga didirikan sebuah lembaga atau komisi yang mungkin kalau boleh aku beri nama Komisi Penghipnotis Koruptor (KPK). Jadi salah satu tugasnya itu menghipnotis para koruptor sehingga kasus korupsi bisa terbongkar mulai dari akar hingga kecabang-cabangnya atau mungkin buah yang sudah dihasilkan. Agar negara ini bersih dari KORUPSI.
Fiuh... Beberapa hari ini batam terasa sangat panas.begitu keluar rmh,kepala terasa nyut-nyut, penglihatan pun mnjd silau gk tahan rasanya. Ingin rasa ngadem di rumah seharian sambil minum teh obeng ato susu milo dingin ditambah donat yg lembut.ah... Nikmat rasanya.tapi, keinginan tdk smw nya bs tercapai,krn aq mw gk mw hrs pergi ke luar rumah jga.demi menunaikan amanah yg sdh aq trm scr sadar.
Demi liqo
ahad jadwal nya aq liqo.dan kali ni jam nya dipindah ba'da dzuhur.tmpt liqo yg lumayan susah ditempuh dg angkot membuat aq hrs jalan kaki berpayung sengatan matahari.membuat baju yg ku pakai basah dg keringat, pipiku memerah. Ow tidak...aq mengalami dehidrasi plus aq mengalami mual n pusing yg teramat sangat akibat terombang ambing angkot yg ugal-ugalan.
Akhirnya
Setiba di lokasi,aq pun langsung merebahkan badan di bawah kipas angin gantung.cukup lama wkt yg ku butuhkan untuk kembali normal.kenapa? Karena selain aq kegerahan,dehidrasi.sakit kepala ku pun gk bs bersahabat krn dipicu suasana ribut di tempat liqo.aq mencoba menikmati hal buruk yg aq alami saat tu. Alhamdulillah, keadaan tu bisa teratasi. Dan liqo hari itu ditutup dg makan kue kirai kuah gulai yg pedas dg tambahan acar.
Demi liqo
ahad jadwal nya aq liqo.dan kali ni jam nya dipindah ba'da dzuhur.tmpt liqo yg lumayan susah ditempuh dg angkot membuat aq hrs jalan kaki berpayung sengatan matahari.membuat baju yg ku pakai basah dg keringat, pipiku memerah. Ow tidak...aq mengalami dehidrasi plus aq mengalami mual n pusing yg teramat sangat akibat terombang ambing angkot yg ugal-ugalan.
Akhirnya
Setiba di lokasi,aq pun langsung merebahkan badan di bawah kipas angin gantung.cukup lama wkt yg ku butuhkan untuk kembali normal.kenapa? Karena selain aq kegerahan,dehidrasi.sakit kepala ku pun gk bs bersahabat krn dipicu suasana ribut di tempat liqo.aq mencoba menikmati hal buruk yg aq alami saat tu. Alhamdulillah, keadaan tu bisa teratasi. Dan liqo hari itu ditutup dg makan kue kirai kuah gulai yg pedas dg tambahan acar.
Langganan:
Postingan (Atom)