Jumat, 12 Februari 2010
Tulisan ini ku persembahkan untuk adik-adik yang sedang menjalani ujian di kampusnya masing-masing.
Diriku bukannya tidak pernah merasakan bangku sekolah dan perkuliahan. Apalagi merasakan tegangnya ujian. Oleh karena itu, cerita ku kali ini hanya bertujuan berbagi pengalaman.

Nikmatilah! proses


“Aduh! Aku malu kak dengan orang itu. Dia tadi yang ngawas ujian. Karena tadi ujian aku nyontek” kata adikku
”Ha?! Nyontek?” aku pun kaget
”Iya kak, karena soalnya pada hafalan. Banyak banget yang mau dihafal. Hafal pasal-pasal kak” bela adik ku
Percakapan di atas membuatku berfikir sebaiknya mereka yang sedang dalam ujian ini harus tahu ilmu tentang menikmati proses.

Proses adalah sesuatu yang harus kita nikmati dalam hidup ini. Why? Ternyata wahai adik ku, yang bernilai dalam hidup ini adalah proses bukan hasil akhir.
Dalam berproses kita hanya berkewajiban untuk menjaga 2 perkara yaitu selalu menjaga niat dan menyempurnakan ikhtiar, selebihnya terserah Alloh.

Seperti para mujahidin yg berjuang membela bangsa dan agama. Kemenangan bukanlah hal yg penting bagi mereka, karena menang-kalah itu hanya bersifat giliran yang akan datang kepada siapa saja atau sering disebut orang tergantung lucky/ hokinya. Namun, dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana selama berjuang niat mereka benar karena Alloh dan selama mereka berjuang akhlak mereka terjaga. Jika sudah melakukan itu maka pabila menang mereka mendapat pahala dan kalaupun terbunuh berarti insya Alloh menjadi syuhada.

Ketika berdagang pun, mendapatkan untung penjualan bukanlah yang terpenting. Karena uang sendiri sudah ada jalurnya, semua pasti mendapatkannya. Perkara uang sebenarnya tidak usah terlalu difikirkan. Alloh Maha Tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Yang terpenting di sini adalah prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan kita selalu menjaga niat agar tidak pernah ada 1 mg pun hak orang lain yang terambil oleh kita. Kemudian, bagaimana ketika sedang berjualan kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar kita menjaga kejujuran, tepat waktu dan janji-janji terpenuhi. Dalam mencari rezeki ada 2 perkara yang perlu selalu kita jaga yakni ketika sedang mencari, harus sangat jaga nilai-nilainya dan ketika berhasil memperolehnya distribusikanlah sekuat-kuatnya.

Termasuk ketika kita bersekolah dan kuliah. Kalau motivasi kuliah hanya untuk menikmati hasil ataupun hanya ingin mendapat gelar, bagaimana kalau sebelum wisuda kita sudah meninggal???? Oleh karena itu, yang terpenting dalam perkuliahan; tanya dulu pada diri, apa tujuan kita kuliah,kalau hanya untuk mencari isi perut sama dengan apa yang dikatakan oleh Imam Ali,
” Orang yang fikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tidak akan jauh beda dengan yang keluar dari perutnya”
Jika hanya ingin mencari uang maka derajatnya tidaklah beda dengan pencuri atau koruptor yang fikirannya hanya uang semata.
Seharusnya, kuliah itu untuk menambah keluasan ilmu agar lebih bermanfaat banyak.

Dik, jika selama kuliah, sekolah, kursus kita menjaga kehormatan, nilai kejujuran, etika, dan tidak mau menyontek trus kita meninggal sebelum wisuda ataupun lulus. It’s not a big problem. Karena apa yang kita lakukan selama ini sudah menjadi amal kebaikan.
Begitupun pada saat melamar seseorang. Semua sudah ditetapkan, mulai dari tanggal pernikahan, tempat, EO, dsb. Tapi menjelang hari H si wanita mengundurkan diri atau akan menikah dengan orang lain, apa coba yang akan kita lakukan?
Rasa sakit hati adalah wajar dan sangat manusiawi. Namun, yang perlu diingat adalah jikalau niat sudah baik, dan caranya benar. Kalaupun tidak jadi menikah dengan dia, siapa tahu Alloh menyiapkan kandidat lain yang lebih baik.

Oleh sebab itu, jangan terpukau dengan hasil. Hasil yang bagus menurut kita belum tentu menurut Alloh juga bagus.
Berjuanglah untuk menjadi orang yang gemar menikmati proses agar hari-hari yang dilalui menjadi ladang perjuangan untuk menjadi ahli sabar, mampu mengendalikan hawa nafsu.

Pengalamanku

Semenjak kuliah di akademik, cara belajar ku pun berubah. Karena harus menyesuaikan dengan sistem kampus, dimana 60 % praktek dan 40 % nya teori. Padahal sewaktu masih duduk di bangku sekolah aku paling benci dengan praktek. Nilai praktekku tidak lebih tinggi dari nilai teoritis.

Makanya setiap materi di ruangan, aku berusaha memahami materi yang disampaikan oleh dosen. Kalau perlu sampai ke akar-akarnya aku harus tahu. Karena untuk membaca ulang dan menghafal aku harus membawa kamus kesehatan, dan aku tidak punya kamus itu. Satu-satunya jalan adalah dengan membuka kamus di perpustakaan, karena kamusnya tidak boleh dibawa pulang. Ribet kan?

Tapi, tidak semua materi bisa membuat ku berusaha untuk memahami lebih dalam. Karena ada beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi mood ku. Bisa karena dosennya bisa juga karena –menurutku- ilmunya tidak terlalu ”nembak” dengan kebutuhan keperawatan sekarang dsb.

Karena perbedaan waktu perkuliahan dengan temen-temen KAMMI di poltek membuat aku harus pintar-pintar membagi waktu yang sempit untuk berkumpul di setiap aktivitas KAMMI. Dan alhamdulillah tidak banyak moment yang aku tinggalkan, semua dipermudah oleh Alloh. Sehingga, waktu belajar ku berkurang. Apalagi untuk menghafal materi perkuliahan tidak bisa.

Trus, bagaimana saat kuis, UTS, maupun UAS?
Untuk kuis aku mengulang di kelas 1 jam atau beberapa menit sebelum kuia berlangsung. Sedangkan UTS dan UAS, aku jarang sekali belajar untuk menghadapi ujian itu. Yang paling sering aku lakukan adalah membaca catatan atau buku cetak serta menghafal di atas ojek. Selebihnya aku hanya mengandalkan kefahaman ku selama proses perkuliahan.
Dan saat Ujian aku mengandalkan ikhtiar ”bersih” ku dan do’a. No nyontek! No ngopek!

Ujian tidak menyontek sudah dari SD ku lakukan. Dulu tekadnya sederhana, hanya ingin tahu seberapa jauh kepintaran ku selama mengikuti materi di sekolah. Tapi, sewaktu SMA sempet timbul penyesalan karena tidak menyontek. Takut tidak lulus, aku merasa seperti pecundang terlalu naif. Karena sebagian besar teman di SMA ku tidak murni bersih menjalani ujiannya dan itu sudah menjadi rahasia umum di SMA ku. Fikiran negatif membayangi ku setiap hari menjelang pengumuman kelulusan. Menangis sudah menjadi rutinitas harian. Hingga pada akhirnya aku mencurahkan isi hati yang sudah meluap-luap ini di hadapan MR. Barulah setelah mendapat nasehat dari beliau serasa sejuk hati ini dan mencoba belajar untuk pasrah dengan ketetapan terbaik yang akan Alloh berikan.

Alhamdulillah aku lulus 100 % murni hasil kerja keras. Aku bangga!

Sebenarnya banyak pengalaman-pengalaman luar biasa yang aku alami hanya karena aku percaya dengan kemampuan diri sendiri tanpa harus nyontek dengan orang lain. Selama kuliah, beberapa ujian yang aku jalani selalu mendapat nilai bagus kadang mendapat nilai tertinggi diantara teman-teman yang lain. Padahal, hari-hari sebelumnya aku tidak pernah menghafal materi ujian karena harus mengikuti kegiatan KAMMI ataupun kegiatan pengobatan gratis yang dulu paling sering aku ikuti.

Jangan dicontoh

Meskipun sering mendapat nilai tinggi walau tidak belajar. Bukanlah sesuatu yang terlalu membanggakan bagiku. Tetap cara belajar mengulang-ngulang materi adalah salah satu cara belajar yang efektif. Dimanapun berada jadikan tempat itu tempat belajar mu.

Pesan

Satu lagi, awal dari terciptanya sang koruptor adalah dari menyontek. Waspadalah! Waspadalah! Dengan kebiasaan buruk yang terlihat kecil dan enteng itu. Karena sesuatu yang besar itu terbentuk dari unit/ sel-sel kecil yang jika bergabung akan terbentuk sistem yang kompleks.
So,
No nyontek!
No ngopek!
Tetap PeDe dengan kemampuan yang kita miliki. Kalau bukan kita yang menghargai kemampuan diri sendiri siapa lagi ?!?

2 komentar:

nurul mengatakan...

hmmmm kebiasaan yang susah banget ilang nya

klo ga nyontek, ya dicontek

dijadikan sumber....hufff

Anonim mengatakan...

Manusia mampu mengembangkan otaknya menyerupai super komputer sehingga mampu menghafal dan memahami berbagai ilmu dalam waktu yang sangat singkat,lihat rahasianya di www.bakatsuper.com

Posting Komentar

Yoyen dalam Kenangan

Yoyen dalam Kenangan

 
;