Sabtu, 29 Mei 2010 2 komentar

Ingin Mandiri

Sudah lama juga tidak menulis di blog ini. Entah kenapa inspirasi tak muncul untuk mengetik sepatah dua patah kata yang akan dituang ke lahan ms.word kemudian disetor ke lahan blogspot ini. Apa mungkin karena Yoyen sudah almarhum, jadi kemampuan mencipta yel-yel dan curhat melalui tulisan sudah menjadi tumpul (wkwkwk ngarang kali alasannya).


Jadi inget dengan blog nya teman di seberang pulau. Kalau tidak salah isi blognya tentang mandiri nya seseorang jika dia pergi dari daerah asalnya. Isi blognya sedikit banyak membuat ku tersinggung. Karena dari kecil ku tak pernah berpisah dengan ortu dalam waktu yang lama. Paling lama Cuma 3 minggu itupun karena aku harus praktek di RSJ Pekanbaru. Belum lagi genap 2 minggu di Pekanbaru aku sudah sakit (hehe.. bukan karena kangen ortu lho! Tapi karena tiap hari harus menghirup asap rokok). Bapak ku yang begitu menelepon dari Batam langsung khawatir dengan anak sulungnya ini karena suara ku berubah jadi serak-serak banjir plus batuk yang nggak karuan bunyinya. Sehabis ditelepon, tes..tes.. udah jatuh aja tuh air mata. Malu dengan teman-teman segera ku hapus air mata yang sudah terlanjur turun itu. Oh ya, pernah juga sih pisah lama tapi Cuma 3 minggu juga. Pisah untuk Praktek Belajar Lapangan (PBL) kalau istilah teman-teman di universitas ya KKN. Tapi yang ini beda, ortu bahkan temen pun bisa jenguk kita karena lokasi PBL dekat dari rumah kami (red:mahasiswa)  PBL yang aneh!. Jadi seminggu sekali ortu ku datang untuk melihat anaknya ini. Apa tambah kurus karena tak ada yang masakin, atau sakit-sakitan atau kekurangan hepeng. Sebelum ortu datang ke tempat tinggal ku, aku sudah berpesan dulu agar dibawakan makanan rumah. Kangen juga dengan masakan rumah plus tambahan uang saku.


Nggak kebayang juga kalau aku harus pisah dengan ortu dalam waktu tahunan. Nggak ada yang ngatur, nggak ada yang masakin, nggak ada yang bangunin, nggak ada yang marahin, nggak ada yang jagain, nggak ada yang bisa diajak debat sambil saling menghina. Hehe….
Tapi, karena sering dengan ortu aku jadi agak kurang mandiri. Sampai sekarang aku n**ak pandai m*s*k, klo nggak ada yang marahin mungkin jam tidur ku sangat berantakan.


Sekarang aku sudah BESARrr. Malu juga masih dibawah ketiak emak dan bapak. Bagaimana pula mau nikah kalau apa-apa masih minta dengan mereka berdua. Kecuali minta restu …. He… so, aku musti mandiri. Baik mandiri dari segi ekonomi, tempat tinggal, memenuhi “kampung tengah”, mandiri dari jam tidur dan bangun, mengurus rumah etc. Bagaimana caranya? Salah satunya tinggal jauh dari mereka berdua. Daerah yang tidak terlalu jauh dari Batam dan tidak bisa ditempuh terlalu sering yaitu Tg. Pinang dan sekitarnya. Itu salah satu tempat yang ku tuju sebagai tempat belajar hidup mandiri. Yeaahh do’a kan saya ya  gaya orang Jepang saat mengikuti lomba. Tapi tempat yang dari SMA sudah ku lirik adalah daerah Bandung surganya kuliner dan mode. Pasti persaingan hidupnya lebih ketat lagi. Well, we will see. Kita lihat kemana kaki ini akan melangkah mengikuti panggilan alam  apa sih maksudnya nop?!?.
By the way, terus terang aku juga bosan di Batam. Lahir di Batam, besar di Batam, sekolah di Batam, kuliah di Batam, kerja di Batam, nikah di ???? hadooohhh!! Teruk, teruk, teruk.


Hampir semua teman SMA, kuliah di luar Batam. Bahkan ada yang tak pulang lagi ke Batam. Teman-teman ROHIS khususnya berpesan dengan ku yang mungkin hanya satu-satunya yang masih menetap di Batam.
“Nophe…. Jagain ROHIS SMANSA ya….. tetap pantau adek-adek ya….”
“Nophe …. Tolong bantu adek-adek ROHIS SMANSA, mereka mau bikin kegiatan tuh…”
“Nophe…. Kabar SMANSA gimana? Mentoring masih jalankan?”’
“Nophe….Nophe….Nophe…………………………………………………”
Fiuh…. Cape deh……
Mereka pertama kali bukan menanyakan kabar ku, malah kabar ROHIS SMANSA. Dasar! Temen2 gk sensitif nieee….. bukan kabar temannya yg ditanya malah kabar orang lain.
Nah! Kira-kira seperti itulah nasib ku sebagai orang yang masih tertinggal dinegeri asal. Hiks..hikss…

Yoyen dalam Kenangan

Yoyen dalam Kenangan

 
;