”Kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin (rumah tangga suaminya), maka akan dimintai pertanggungjawabannya. Pelayan adalah pemimpin (atas harta tuannya), maka akan dimintai pertanggungjawaban atas pengelolaannya. Oleh karena kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Kenapa begitu sulitnya mencari seorang pemimpin? Pertanyaan ini yang dari dulu selalu menghantui ku. Amanah yang sekarang ku emban membuat ku lumayan pusing. Karena aku ingin begitu meninggalkan wajihah yang sudah cukup lama mengisi dan menghiasi kehidupan ku selama lebih kurang 3 tahun ini, bisa tersenyum lepas. Dengan banyak nya kader yang berkualitas yang sudah dihasilkan selama lebih kurang 3 tahun ini. Itu impian ku saat ini. Tapi, apakah bisa?!?
Bakat kepemimpinan itu sebenarnya bukan diturunkan secara biologis dalam bentuk gen. Melainkan muncul karena terus diasah dan ditumbuh kembangkan. Memang, ada pemimpin yang fasih berbicara. Namun sebelumnya, kalau ia tidak memiliki ilmu, ia tidak sering berlatih, maka bisa jadi kata-katanya terpeleset pada kesalahan serta tidak sistematis alias berantakan.
Seseorang dikatakan memiliki jiwa kepemimpinan, bila kita dapat melihat kematangan pribadi dan karyanya. Ia memiliki visi yang sangat jauh ke depan. Ia mampu menggali dan mensinergikan potensi. Ia juga mampu memotivasi, baik lewat keteladanan, maupun kata-katanya yang arif, ini semua didapatkan melalui latihan-latihan yang memakan waktu yang cukup lama.
Mereka yang pernah merasakan kegagalan di masa silam, sesungguhnya merupakan aset yang paling berharga. Dengan bercermin pada kegagalan masa lalu, mereka akan lebih berhati-hati dalam melangkah. Intinya, seorang pemimpin itu pada dasarnya adalah orang yang selalu belajar dan terus mengembangkan kemampuannya.
Untuk tampil menjadi pemimpin langkah awal yang perlu dilakukan adalah:
1.Membaca potensi dirinya. Setelah potensi diri terbaca, baru meluaskan pengaruh dengan melihat potensi di luar dirinya.
2.Menanamkan program “bening hati” pada diri sendiri. Kebahagiaan hidup dan kesuksesan hidup itu sebenarnya didirikan di atas pondasi kemuliaan akhlak
3.Memelihara sistem kondusif saat mengembangkan kedua langkah tadi.
4.Membangun kekuatan diri dengan membangun kekuatan ruhiyah. (Abdullah Gymnastiar)
(HR. Bukhari-Muslim)
Kenapa begitu sulitnya mencari seorang pemimpin? Pertanyaan ini yang dari dulu selalu menghantui ku. Amanah yang sekarang ku emban membuat ku lumayan pusing. Karena aku ingin begitu meninggalkan wajihah yang sudah cukup lama mengisi dan menghiasi kehidupan ku selama lebih kurang 3 tahun ini, bisa tersenyum lepas. Dengan banyak nya kader yang berkualitas yang sudah dihasilkan selama lebih kurang 3 tahun ini. Itu impian ku saat ini. Tapi, apakah bisa?!?
Bakat kepemimpinan itu sebenarnya bukan diturunkan secara biologis dalam bentuk gen. Melainkan muncul karena terus diasah dan ditumbuh kembangkan. Memang, ada pemimpin yang fasih berbicara. Namun sebelumnya, kalau ia tidak memiliki ilmu, ia tidak sering berlatih, maka bisa jadi kata-katanya terpeleset pada kesalahan serta tidak sistematis alias berantakan.
Seseorang dikatakan memiliki jiwa kepemimpinan, bila kita dapat melihat kematangan pribadi dan karyanya. Ia memiliki visi yang sangat jauh ke depan. Ia mampu menggali dan mensinergikan potensi. Ia juga mampu memotivasi, baik lewat keteladanan, maupun kata-katanya yang arif, ini semua didapatkan melalui latihan-latihan yang memakan waktu yang cukup lama.
Mereka yang pernah merasakan kegagalan di masa silam, sesungguhnya merupakan aset yang paling berharga. Dengan bercermin pada kegagalan masa lalu, mereka akan lebih berhati-hati dalam melangkah. Intinya, seorang pemimpin itu pada dasarnya adalah orang yang selalu belajar dan terus mengembangkan kemampuannya.
Untuk tampil menjadi pemimpin langkah awal yang perlu dilakukan adalah:
1.Membaca potensi dirinya. Setelah potensi diri terbaca, baru meluaskan pengaruh dengan melihat potensi di luar dirinya.
2.Menanamkan program “bening hati” pada diri sendiri. Kebahagiaan hidup dan kesuksesan hidup itu sebenarnya didirikan di atas pondasi kemuliaan akhlak
3.Memelihara sistem kondusif saat mengembangkan kedua langkah tadi.
4.Membangun kekuatan diri dengan membangun kekuatan ruhiyah. (Abdullah Gymnastiar)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
janganlah kau bersedih hati wahai mpok nop,
harapan itu masih ada.
akan selalu muncul pengganti yang lebih baik,
waktu yang akan menjawabnya..
Captain Gi wise word,
ck..ck..ck..
wah nggak nyangka bisa berkata seperti itu,
bisa daftar jadi ustad nih,
hehe..
sugih masuk daftar ustadz???????!!!!!!!!!
murid pada kabur
ga ada lagi yang mau ngaji
pertahankan predikat jadi orang resek ajalah
jadi ingat lagi kata2 pas TO
seseorang dikatakan berhasil memimpin sesuatu jika sepeninggalnya sesuatu itu semakin kuat, dan bukan semakin lemah....
berarti klo mau berhenti, siapin dulu kak yang mau gantiin...
eh Ji,
sepele kamu..
gini2 pernah jadi ...??
jadi apa ya,
pokoknya keren lah..
belom ada kan ustad keren?
makanya,
akan kuukir namaku
sebagai
ustad keren, gaul, dan baik hati,
wakakkakak..
nopha tuh bosen sepeninggal aq ma topik,
bosen dia,
nggak ada yg seceria dan sekocak kami lagi,
sabar mpok..
sabar mpok..
kan masih ada yg laennya..
kami juga selalu berdoa buat kalian*,
ckckckckc..
*kecuali si narJi, hahahah... ;p
eh bang.... sok tau bgt C.
sype juga yang bosen sepeninggal kalian.
PeDe bgtzzzzzz
Posting Komentar